Jakarta, Banyak orang tua yang berusaha memberikan gizi terbaik untuk anak-anaknya. Slogan 4 sehat 5 sempurna pun menjadi acuan untuk dikonsumsi sehari-hari, dengan harapan demi memenuhi kebutuhan gizi yang tepat untuk si anak. Sayang, data yang didapat Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa kurang lebih 93 persen anak-anak di Indonesia tidak cukup makan sayur-sayuran dan buah-buahan.
"Sayur dan buah itu adalah komponen penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi. Tapi nyatanya, data malah menunjukkan bahwa jumlah anak yang kurang dalam mengonsumsi sayur dan buah, sangatlah tinggi," ujar Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Media Workshop 'Nutrisi Terjangkau untuk Membantu Penanganan Masalah Gizi Kurang pada Anak Usia Sekolah di Indonesia' dalam rangka Peringatan Hari Gizi Nasional 2014, yang diadakan di Pabrik Frisian Flag Indonesia, J. Raya Bogor, Ciracas, dan ditulis pada Kamis (27/2/2014).
Menurut Prof Hardinsyah, adanya masalah mengenai kurangnya konsumsi sayur dan buah bagi anak, sangat berdampak pada masalah pemenuhan gizi si anak. Hal ini sangat disayangkan, mengingat pemenuhan gizi yang tidak dilakukan dengan benar, akan berisiko pada penghambatan pertumbuhan anak.
Selain sayur dan buah, Prof Hardinsyah juga menganggap makanan hewani juga merupakan salah satu hal yang kurang dikonsumsi oleh anak-anak Indonesia. Makanan hewani yang dimaksud Prof. Hardinsyah bukan hanya daging-daging, melainkan juga susu. Sayangnya, data juga menunjukkan bahwa konsumsi susu pada anak-anak pun memiliki angka yang rendah.
"Data menunjukkan bahwa anak pada usia 5-9 tahun banyak yang tidak minum susu. Persentasenya mencapai 60-85 persen anak yang tidak minum susu di dalam 1 hari," ungkap Sandjaja, MPH, DR.PH, ketua South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS).
Menurut Sandjaja, data tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa tidak ada anak-anak yang mengonsumsi susu. Namun, dari sekian jumlah yang mengonsumsi susu setiap harinya, bisa dikatakan sangat sedikit yang rutin meminum susu sebanyak 3 kali dalam sehari.
"Seharusnya itu kan 3 kali sehari. Tapi nyatanya sedikit yang melakukannya. Makanya itu, anak-anak Indonesia sebagian besar konsumsi gizinya lebih rendah dari kebutuhan. Tidak heran status gizinya pun rendah," tutur Sandjaja.
Lantas, apa yang seharusnya dilakukan untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah ini? Prof Hardinsyah menjawab, "Perbanyak makan sayur dan buah. Makanan hewani juga perlu, sebagai sumber protein. Selama ini banyak orang-orang yang menjadikan beras yang paling utama, padahal sayur, buah, dan makanan hewani juga penting."
Prof Hardinsyah menyarankan perusahaan yang bertindak sebagai produsen makanan atau minuman juga untuk membantu mengatasi permasalahan ini, demi menciptakan generasi anak yang baik untuk di masa depan. "Para produsen mungkin bisa menciptakan produk yang di dalam ada kandungan gizi yang tepat demi upaya perbaikan gizi anak. Dengan begini, para orang tua bisa menjangkau pemenuhan gizi pada produk-produk yang dengan mudah si anak konsumsi," saran Prof Hardinsyah.
"Sayur dan buah itu adalah komponen penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi. Tapi nyatanya, data malah menunjukkan bahwa jumlah anak yang kurang dalam mengonsumsi sayur dan buah, sangatlah tinggi," ujar Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Media Workshop 'Nutrisi Terjangkau untuk Membantu Penanganan Masalah Gizi Kurang pada Anak Usia Sekolah di Indonesia' dalam rangka Peringatan Hari Gizi Nasional 2014, yang diadakan di Pabrik Frisian Flag Indonesia, J. Raya Bogor, Ciracas, dan ditulis pada Kamis (27/2/2014).
Menurut Prof Hardinsyah, adanya masalah mengenai kurangnya konsumsi sayur dan buah bagi anak, sangat berdampak pada masalah pemenuhan gizi si anak. Hal ini sangat disayangkan, mengingat pemenuhan gizi yang tidak dilakukan dengan benar, akan berisiko pada penghambatan pertumbuhan anak.
Selain sayur dan buah, Prof Hardinsyah juga menganggap makanan hewani juga merupakan salah satu hal yang kurang dikonsumsi oleh anak-anak Indonesia. Makanan hewani yang dimaksud Prof. Hardinsyah bukan hanya daging-daging, melainkan juga susu. Sayangnya, data juga menunjukkan bahwa konsumsi susu pada anak-anak pun memiliki angka yang rendah.
"Data menunjukkan bahwa anak pada usia 5-9 tahun banyak yang tidak minum susu. Persentasenya mencapai 60-85 persen anak yang tidak minum susu di dalam 1 hari," ungkap Sandjaja, MPH, DR.PH, ketua South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS).
Menurut Sandjaja, data tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa tidak ada anak-anak yang mengonsumsi susu. Namun, dari sekian jumlah yang mengonsumsi susu setiap harinya, bisa dikatakan sangat sedikit yang rutin meminum susu sebanyak 3 kali dalam sehari.
"Seharusnya itu kan 3 kali sehari. Tapi nyatanya sedikit yang melakukannya. Makanya itu, anak-anak Indonesia sebagian besar konsumsi gizinya lebih rendah dari kebutuhan. Tidak heran status gizinya pun rendah," tutur Sandjaja.
Lantas, apa yang seharusnya dilakukan untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah ini? Prof Hardinsyah menjawab, "Perbanyak makan sayur dan buah. Makanan hewani juga perlu, sebagai sumber protein. Selama ini banyak orang-orang yang menjadikan beras yang paling utama, padahal sayur, buah, dan makanan hewani juga penting."
Prof Hardinsyah menyarankan perusahaan yang bertindak sebagai produsen makanan atau minuman juga untuk membantu mengatasi permasalahan ini, demi menciptakan generasi anak yang baik untuk di masa depan. "Para produsen mungkin bisa menciptakan produk yang di dalam ada kandungan gizi yang tepat demi upaya perbaikan gizi anak. Dengan begini, para orang tua bisa menjangkau pemenuhan gizi pada produk-produk yang dengan mudah si anak konsumsi," saran Prof Hardinsyah.
sumber : health.detik.com
Related Posts :
- Back to Home »
- KESMAS »
- Duh! 93 Persen Anak-anak di Indonesia Kurang Makan Sayur dan Buah